Pendidikan merupakan hak segala bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan, begitulah bunyi Teks pembukaan Undang-undang Dasar 1945, pendidikan di Era Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan aset bangsa yang berharga dan tidak mengenal waktu, selama manusia itu ada maka pendidikan tidak akan pernah hilang dari bagian kehidupan manusia.
Tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan kepribadian manusia yang matang secara intelektual, emosional, dan spiritual. Keluarga sebagai komunitas sosial pertama seseorang, memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak menjadi pintar dan cerdas sesuai dengan harapan masyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 20 pasal 1 butir 14 tahun 2003 tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan anak usia dini dapat dimulai dari rumah atau dalam pendidikan keluarga. Berdasarkan undang-undang di atas maka pendidikan karakter sangatlah penting untuk membangun peradaban bangsa, pendidikan karakter tersebut seharusnya sudah di tanamkan sejak anak usia dini sehingga, Keluarga sangat tepat jika di jadikan komunitas awal pembentukan karakter karena pada saat itu anak berada pada usia emas (golden age).
Pembentukan karakter pribadi anak(character building) sebaiknya dimulai dalam keluarga karena anak mulai berinteraksi dengan orang lain pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga. Pendidikan karakter sebaiknya di terapkan sejak anak usia dini karena pada usia dini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Sedangkan sekolah adalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter, karena kontribusi dan peran guru disini sangat dominan.
Kemerosotan moral banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya dalam masyarakat sekitarnya. Lingkungan sosial yang buruk adalah bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan perubahan sosial yang negatif.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah sifat individualisme yang tumbuh di masyarakat, kehadiran internet dan gadget dapat dikatakan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, bahkan kemudahan teknologi ini juga seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya termasuk untuk menyebarkan paham baru yaitu radikalisme menyebar dengan mudah melalui internet dan media sosial. Hal tersebut salah satu yang melandasi pemerintah memprioritaskan pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlandaskan Pancasila.
Kehidupan manusia sejak dalam kandungan sampai lahir kedunia ini melewati beberapa tahapan untuk bisa tumbuh dan berkembang. Masing-masing tahapan perkembangan mempunyai tugas dan fungsi serta peran yang berbeda. Masa kanak-kanak sangat tergantung pada orang dewasa, terutama pada masa awal kanak-kanak yaitu masa bay, begitu juga dengan perkembangan moral anak berjalan seiring dengan perkembangan intelektual, emosional, bahasa dan sosial.
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi lebih dari itu karena pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga anak-anak menjadi faham tentang mana yang benar dan salah, serta mampu merasakan nilai yang baik, mau dan mampu melakukannya.
Sebagai orang tua yang memiliki peranan besar dalam mencetak karakter pribadi seseorang, harus faham bagaimana cara mengembagkan karakter sesuai dengan konteks sosial yang ada, dalam arti mendidik sesuai dengan perkembanga zaman. Salah satu cara untuk mewujudkan individu yang berkualitas adalah melalui pendidikan karakter dengan memberikan pengetahuan tentang perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta penerapannya dalam masyarakat.
Tak jarang kita menemukan pemuda bangsa kita masih jauh dari harapan dan cita-cita bangsa. Itu karena generasi yang lebih muda dalam pembaruan sekarang sedikit untuk mengubah kondisi yang sangat dinamis, terutama di bidang sains dan teknologi.
Ditulis oleh Puji Khuwata Mahasiswa Administrasi Publik UNISA 2017 tulisan ini sudah terbit di Goetimes pada tanggal 23 Juni 2021